Monday, August 27, 2012

From Medan With Lust



Sabtu sore itu aku mengendarai mobilku di jalan tol Cipularang menuju ke Bandung. Aku memilih melaju dengan santai karena memang tidak ada yang aku kejar. Presentasi untuk tender proyek di Bandung baru hari Rabu siang dan tim kami bisa mempersiapkannya hari Senin - Selasa. Jalanan agak padat seperti biasa karena weekend. Tiba-tiba dari sebelah kiri sebuah mobil Toyota Fortuner dengan seenaknya memotong jalan membuat aku sedikit terkejut dan mengumpat dalam hati, "Sialan tuh Fortuner nggak tau aturan... nyalip di tol kok dari kiri.' Aku cuma membunyikan klakson beberapa kali untuk memperingatkan si pengemudi dari kelakuan ugal-ugalannya, tapi sesudah itu aku tidak ambil pusing. Aku ingin santai menikmati perjalanan.

Setelah istirahat makan sambil mengisi BBM aku melanjukan perjalananku. Mendekati Padalarang jalan mulai padat dan semua kendaraan melambat, di spedometerku cuma tercatat sekitar 25-30 km/jam. Baru kurang lebih 10 menit berjalan lambat aku melihat mobil yang tidak asing lagi, Fortuner yang ugal-ugalan menyalipku dari kiri tampak berhenti di bahu jalan. Sepertinya ada masalah dan dua orang wanita muda tampak sedang kebingungan sambil membuka kap mesin. Aku sudah melupakan sama sekali kekesalanku sebelumnya, sekarang kupikir tak ada salahnya kalau aku mencoba menawarkan bantuanku, siapa tahu ada gunanya. Kuhentikan mobilku sekitar 15 meter di depan mereka, dan dengan ramah aku menawarkan bantuanku.

"Halo, ada yang bisa saya bantu...?"
"Halo juga bang... ini entah kenapa, motor kami tiba-tiba mati mesinnya."

Dari logatnya aku langsung menduga mereka berasal dari Medan, karena disana 'mobil' mereka sebut 'motor'. Sebenarnya aku tidak tahu banyak soal mesin tapi sudah kepalang basah. Mereka mengenalkan diri, yang mungil berambut pendek dan dicat pirang bernama Dessy, sedangkan yang agak sintal dan berambut panjang namanya Marisa. Usia mereka kuperkirakan masih terbilang muda, sekitar 23 tahunan. Akhirnya aku menawarkan memanggil mobil derek untuk membawa mobil ke bengkel kenalanku di Bandung, sementara mereka bisa menumpang mobilku. Mereka setuju karena tidak ada pilihan lain.

Selama perjalanan mereka bercerita kalau mereka baru datang dari Medan dan sengaja ingin pergi ke Bandung menggunakan mobil abang si Dessy yang ada di Jakarta. Keduanya masih single dan ngakunya sedang menjomblo. Mereka belum pernah ke Bandung sebelumnya dan sekarang juga tidak punya rencana yang pasti. Mereka hanya ingin senang-senang di Bandung menikmati hadiah liburan dari kantor.

"Jadi rencananya malam ini kalian mau menginap di mana?"
"Belum tahu kita bang.. abang ada tahu hotel yang bagus tapi nggak gitu mahal?"
"Wah, kalau weekend begini agak susah kalau nggak booking dulu..., " aku pura-pura kaget.

Otak mesumku mulai bekerja, aku melihat kesempatan yang mungkin bisa kumanfaatkan... Aku akan atur supaya mereka tidak mendapat hotel dan akhirnya terpaksa tidur di kamar hotel yang sudah aku pesan sebelumnya. Setelah mengurus mobil ke bengkel, sengaja mereka  ku ajak ke beberapa hotel terkenal yang sudah pasti fully-booked pada saat weekend.

"Macam mana nih bang Doni.. sudah 10 hotel kita datangi semua penuh..." kata Marisa setengah putus asa.
"Yah, begitulah Bandung kalau weekend, lain kali mestinya kalian pesan kamar dulu..."
"Kami orang Medan mana tahu bang... tolong bantulah bang, terserah di mana aja asal kami bisa tidur malam ini... kita nggak ada saudara atau teman di Bandung bang..." kata Dessy yang tampak mulai capek.

"Ok, begini aja... kalian malam ini bisa tidur di kamar hotelku, aku tidur di mobil, besok kita cari hotel lagi, siapa tahu sudah ada," kataku memberi alternatif.
"Abang macam mana nanti... nggak apa-apa abang tidur di mobil?"
"Nggak apa-apa, cuma aku nanti numpang mandi aja di kamar ya..."

Mereka setuju, lalu kamipun pergi ke sebuah hotel terkenal di jalan Riau. Ini sebenarnya bagian dari rencana otak mesumku. Dengan situasi seperti ini aku tampak sebagai pahlawan bagi mereka, dan bukan tidak mungkin mereka akan memberikan balas jasa untuk itu meski aku tidak memintanya. Sementara mereka membereskan barang-barang, aku mandi. Begitu aku selesai mandi mereka mengajakku untuk mencari makan, maklum sudah jam 8 malam dan memang perutku juga mulai lapar.

"Bang Doni tahu tempat makan enak di Bandung khan bang? Kita makan sama-sama yuk... kami yang traktirlah bang...OK?"

Kami pergi mencari makan di daerah Dago Atas, tempatnya nyaman dan suasanyanya cepat membuat kami akrab. Aku masih bersandiwara menampilkan diriku seperti seorang pahlawan yang tulus hati, padahal pikiran kotorku sudah semakin tergoda, terutama melihat Marisa yang tampak sexy dengan rok mini dan t-shirt ketatnya. Tapi dengan berpura-pura polos seperti itu tampaknya malah membuat Dessy dan Marisa berusaha keras untuk menarik simpatiku. Tidak jarang mereka berusaha menggodaku, baik dengan kata-kata yang menjurus maupun dengan cubitan-cubitan manja mereka. Maklum usia mereka sudah cukup matang untuk memuaskan birahi.

"Abang, macam mana abang nanti tidur di mobil sendiri... kesepianlah abang...," kata Dessy mulai memancing-mancing.
"Ah..enggak apa-apalah berkorban buat dua cewek cantik macam kalian," kataku pura-pura jadi pahlawan kesiangan.
"Tidur ajalah di kamar sama kami bertiga, asal abang bener-bener tidur ya...jangan macam-macam sama anak Medan ya..." kata Marisa becanda seolah-olah mengancam.

Hm.. ini yang aku tunggu...aku langsung setuju. Mana mungkin tiga orang dewasa berlainan jenis dalam satu kamar hanya melewatkan waktu dengan tidur... Aku rasa mereka sudah tahu persis resikonya. Kami pulang ke hotel sekitar jam 12 malam, bertiga langsung kami menuju ke kamar. Kulihat mereka saling berbisik dan tertawa, entah apa yang dibisikkan, tapi aku menduga pasti ada sesuatu yang ingin mereka rencanakan. Aku masih pura-pura polos dan berlagak tidak tahu apa-apa.

Di kamar kami langsung ke tempat tidur ukuran kingsize, cukup lega buat bertiga. "Abang di tengah ya bang... biar adil," kata Marisa. Aku menurut saja seperti kerbau dicucuk hidungnya. Sementara mereka berganti baju, aku berbaring di tengah tempat tidur tersenyum sendiri membayangkan apa yang mungkin akan terjadi. Setelah mengenakan baju tidur masing-masing. Marisa dan Dessy langsung berbaring di samping kiri-kananku. AC kamar cukup dingin sehingga menjadi cukup alasan buat kami tidur berdekatan di balik selimut.  Dengan manja Marisa dan Dessy menyenderkan kepala mereka di bahuku. Aku tahu, mereka sudah membuka diri, sekarang giliranku yang harus menanggapi 'tawaran' mereka sebelum semuanya terlambat.

"Kayaknya abang nggak bisa tidur nih..." kataku lirih sambil mulai mengikuti gaya bahasa mereka.
"Kenapa bang... nggak biasa tidur diantara dua putri cantik ya.." kata Marisa menggoda.
"Abang bingung..." kataku sambil kedua taganku mulai meraba paha mereka.
"Bingung kenapa bang...?" kata Dessy manja sambil tangannya mengusap dadaku yang sedikit berbulu.
"Bingung siapa yang harus abang cium duluan...yang mungil atau yang montok.." kataku sambil tertawa.
"Ah..abang ini, kami kira bingung kenapa, terserah abang lah... siapa yang abang suka..kami sih nggak masalah siapa yang duluan, yang penting abang adil ya bang...," kata Marisa sambil mencubit perutku dengan manja. Langsung kutangkap tangan Marisa dan kutarik sehingga kepalanya makin mendekat. Aku langsung mencumbu bibirnya dengan hangat, dan Marisa langsung menanggapi dengan tidak kalah hangatnya. Kurang lebih semenit kami bercumbu lalu kulepaskan dan aku berganti mencumbu Dessy yang sudah siap menunggu. Tanganku mulai aktif meraba payudara Dessy di balik BHnya dan membuatnya menggelinjang keenakan.

Kulepaskan bibirku dari Dessy dan sekarang aku mencumbu Marisa lagi sambil mulai membuka dasternya. Dessy tanpa diminta juga langsung membuka dasternya dan dia juga mulai membuka baju dan celanaku. Akhirnya kami bertiga telanjang bulat tanpa sehelai benangpun. Mataku tidak terpejam melihat 2 gadis Medan tergolek di hadapanku, yang satu kurus tinggi dan putih dengan payudara kecil namun padat, sementara satu lagi badannya agak berisi dan kulit sedikit coklat dengan payudara besar yang agak menggantung namun masih terlihat kencang.

Dari semula aku sudah terangsang melihat Marisa yang sexy, maka aku langsung meremas payudaranya yang empuk dan menjilati putingnya. Sementara tangan kananku mulai meraba ke arah selangkangan Marisa sambil mencari belahan vagina diantara bulu-bulunya yang halus. Jariku segera menemukan belahan vagina Marisa yang basah dan aku langsung masukkan kedua jariku ke dalamnya sambil ibu jariku mempermainkan klitorisnya yang membuat Marisa melenguh keenakan. Sementara itu Dessy terus meremas-remas penisku yang tegang dengan lembut lalu memasukkannya ke dalam mulut.

Setelah puas melumat payudara Marisa, aku mengarahkan kepalaku ke selangkangannya. Marisa menanggapi dengan membuka kedua pahanya sehingga belahan vaginanya tampak membuka menampakkan lubangnya yang merah segar dan sempit. Aku langsung menjilati vaginanya sambil sesekali mengulum klitorisnya. Marisa semakin menggelinjang  penuh nafsu.

"Aduuh bang...enak kali baaang.... abang pandai kali jilat punya Icha... oooh.. mmhh.."

Sekitar 5 menit lamanya aku puas menjilati vagina dan klitoris Marisa, kulihat Marisa sudah hampir mencapai orgasme. Langsung aku lepaskan kepalaku dari selangkangan Marisa, sengaja membuatnya penasaran. Aku juga melepaskan penisku dari mulut Dessy dan lalu merebahkan tubuh mungil Dessy ke samping Marisa. Sekarang giliran Dessy yang kujilati payudaranya sambil tanganku menjelajahi vagina mungilnya yang ditumbuhi bulu tipis. Sementara itu Marisa langsung menggantikan tugas Dessy melumat penisku ke dalam mulutnya.Sama seperti yang kulakukan pada Marisa, aku membuka paha Dessy dan lalu membenamkan kepalaku diantara selangkangannya sambil menjilati vagina mungil Dessy dengan penuh nafsu. Kupermainkan klitorisnya dengan lidahku sambil tanganku memilin-milin puting payudaranya yang mungil. Dessy mulai menggelinjang keenakan sambil kedua tangannya memegang erat kepalaku. Tidak berapa lama kemudian pinggul Dessy mulai bergerak tidak terkontrol.

"Bang...aduh..bang..Dessy nggak tahan bang..... ooohh... baaang... "

Kulepaskan penisku dari mulut Marisa, lalu aku memposisikan diriku diantara kedua paha Dessy. Kuarahkan penisku ke dalam lubang vaginanya yang tampak basah. Kutunggu sampai Dessy mulai bisa mengendalikan diri, lalu dengan sekali sentakan lembut penisku langsung masuk menghujam ke dalam vaginanya.

"Mmh...baaang... enak baaang, masukin yang dalam baang..." Dessy merem-melek dan merintih penuh nikmat sambil memeluk erat tubuhku. Aku merasakan vagina Dessy sempit sekali, mungkin karena tubuhnya yang mungil dan pinggulnya yang kecil. Untung saja cairannya cukup banyak karena sudah terangsang, sehingga penisku tidak terlalu sulit utuk bergerak keluar-masuk. Rasanya seperti penisku masuk ke vagina perawan, setiap kali aku menggerakkan penisku terasa vaginanya seperti memerah penisku dengan kuat. Sementara itu di sebelah kami Marisa tidak berkedip melihat aksi kami, tangannya mulai gatal menggerayangi vaginanya sendiri.

Sempitnya vagina Dessy membuat penisku terangsang sangat hebat dan gelombang orgasme mulai muncul di luar kendali. Sementara itu Dessy juga semakin tidak terkontrol gerakannya, pinggulnya berkedut-kedut menyambut setiap tusukan penisku sehingga penisku terbenam semakin dalam di liang vaginanya. Aku tidak mau ambil resiko, kulepaskan penisku sebentar untuk memasang kondom, lalu kembali kumasukkan penisku ke dalam vagina Dessy.

"Aduh baang..Dessy udah mau keluar baaang..nggak tahan bang...punya abang masukin yang dalam baang... adduuuhh..ooohh...ooohhh...baaang...ooohhh..."  Sementara aku juga hampir sampai puncak meski sudah dengan susah payah aku berusaha mengendalikan diri. Tidak biasanya aku secepat ini, vagina Dessy memang luar biasa....

"Aduuuh Dessy.... abang mau keluar juga...ooh...kita barengan ya..." kataku sambil mempercepat tusukan penisku. Dessy menggelinjang makin tidak terkontrol, tangannya mencengkeram punggungku dengan kuat seolah tidak mau lepas.

"Aaagh...baaang...Dessy  keluaaar... bang.."
"Abang juga...aduuuh...aaaagh..." akhirnya terasa badanku bergetar hebat mengiringi keluarnya spermaku ke dalam kondom sambil kutusukkan penisku dalam-dalam di vagina Dessy.

Badanku langsung terkulai lemah menindih tubuh mungil Dessy yang masih berkedut-kedut menahan gelombang orgasmenya. Setelah mengumpulkan sisa-sisa tenagaku aku mengecup bibir Dessy dengan hangat, lalu kucabut penisku dari vaginanya dan kemudian membuang kondom yang penuh dengan sperma ke tempat sampah. Aku membaringkan diriku diantara dua gadis yang terbaring tanpa busana. Yang satu sedang terkulai kelelahan menikmati sisa orgasmenya, sedangkan yang satu lagi tampak masih berharap bisa menikmati apa yang baru dilihatnya.

"Icha.. tunggu bentar ya.. 5 meniiit aja.. abis itu giliran kamu"
"Santai aja bang....sampai pagi juga Icha tunggu bang.. yang penting adil..." katanya sambil tertawa.

Kuraih tangan Marisa dan kuarahkan ke penisku yang masih terkulai lemas. Marisa tahu apa maksudnya, dia langsung meremas dan mengocok-kocok penisku supaya cepat bangun. Marisa mengambil tissu untuk membersihkan sisa cairan di penisku lalu mulai mengulum penisku yang perlahan mulai bangkit. Tidak sampai 5 menit penisku mulai mengeras. Mungkin sudah terlanjur 'horny' melihat aku dan Dessy, begitu melihat penisku siap tempur Marisa langsung memposisikan diri di atasku dan mengarahkan penisku ke dalam vaginanya. Dengan perlahan tapi pasti pinggulnya menekan ke bawah sehingga penisku masuk terbenam dalam di vaginanya. "Aagh..." Marisa memekik sambil merem menaham rasa nikmat.

Marisa mulai menggerakkan pinggulnya naik-turun sambil berdesah-desah mengekspresikan setiap rasa nikmat setiap kali penisku meluncur masuk ke dalam vaginanya, aku juga tidak mau kalah menanggapi gerakannya dengan menyentakkan pantatku ke atas dengan ringan saat Marisa menekan ke bawah.

"Bang...ntar sama Icha nggak usah pake kondom ya...aman kok...Icha pengen abang keluarin punya abang di dalam," kata Marisa berbisik sambil berusaha menahan desah nafasnya yang berat. Aku mengiyakan sambil tersenyum kegirangan. Memang vagina Marisa tidak sesempit Dessy, tapi kekurangannya itu ditutupi dengan libido yang besar sehingga membuat penisku terasa seperti sedang diremas-remas oleh dinding vaginanya. Payudaranya yang montok membuat tanganku tergerak untuk meraba dan meremasnya. Tidak berapa lama kemudian aku merasakan Marisa mulai kehilangan kontrol.

"Aduh baang.. Icha udah nggak tahan, abang yang di atas aja..." katanya sambil melepaskan penisku dari vaginanya. Marisa lalu berbaring di sebelah Dessy yang masih tergolek kelelahan. Diangkatnya kedua pahanya, sehungga belahan vagnanya tampak membuka mengundang penisku untuk masuk ke dalamnya. Langsung aku arahkan penisku masuk ke dalam liang vaginanya. kutekan dalam-dalam sampai penisku terasa menyentuh ujung liang vaginanya. "Aaagh...bang.... enak bang...gila bang...enak kali punya abaaang...," Marisa berusaha mengekspresikan rasa nikmat yang dirasakannya.

Aku terus mengenjot pinggulku naik-turun dengan cepat sehingga membuat Marisa semakin kehilangan kontrol. Kuganjal pantatnya yang bulat montok dengan bantal sehingga penisku masuk semakin dalam lagi. Akhirnya usaha Marisa berganti posisi untuk mengontrol orgasmenya sia-sia, dengan posisi di bawahpun orgasmenya tidak kuasa dibendungnya lagi.

"Adduuh bang...Icha mau keluaar... aduuh bang Icga nggak tahan lagi baaang..."
"Keluarin aja...Icha... nanti abang nyusul...."
"Aggh...baaang...Icha keluaaar baaaang...aggh...oohhh...ooooooooh," Marisa menggelinjang keras sambil mengedut-kedutkan pinggulnya. Akhirnya Marisa tergolek lemas tak berdaya, sementara penisku masih tertancap di dalam vaginanya. Aku sendiri belum merasakan orgasme karena yang kedua memang biasanya lebih lama.

Setelah Marisa mulai sadar, aku kembali menggerakkan penisku. Marisa tampaknya juga kembali mulai terangsang, maklum wanita memang bisa cepat pulih setelah orgasme. Beda dengan laki-laki yang pasti butuh waktu untuk istirahat sebelum bisa tegang kembali. Kali ini aku minta Marisa berganti posisi, kubalikkan badannya dan kuangkat pantatnya. Perlahan kubuka pahanya dan penisku langsung membelah vaginanya dari belakang. "Agghh... enak kali baang..." Marisa tampak sangat menikmati posisi ini, tangannya berusaha meraih buah pelirku dan meremas-remasnya sehingga membuat aku semakin terangsang. Ketika aku mulai merasakan munculnya gelombang orgasmeku yang kedua, langsung kucabut penisku dan kubalikkan badan Marisa. Kuangkat kaki kanan Marisa dan kusilangkan agak ke kiri sehingga tubuhnya agak menyamping. Dengan posisi ini penetrasi penisku terasa semakin mantap karena kaki kanan Marisa ikut menambah kekuatan otot vaginanya dalam menjepit penisku. Tanpa membuang waktu lagi aku langsung menancapkan penisku ke dalam vagina Marisa. Posisi ini rupanya 'baru' buat Marisa sehingga dia menjadi begitu cepat terangsang.

"Abang,,,aduh...Icha bisa keluar lagi nih bang..."
"Nggak apa-apa Icha..keluarin aja...abang juga mau keluar...kita barengan..."
"Aggh...bang...aduuuh...bang...Icha nggak tahan bang...enak kali bang..."
"Keluarin barengan aja ....abang udah mau nembak....mmhh..."
"Keluarin di dalam punya Icha ya bang...adduuuhh...Icha mau keluar sekarang baaangg..."
"Aggh...abang juga keluar...aaaaghh..."

Akhirnya aku tidak tahan lagi, sambil kupeluk erat tubuh montok Marisa spermaku menyembur keluar memenuhi liang vagina Marisa yang berdenyut-denyut karena orgasmenya yang kedua. Setelah melepaskan seluruh perasaan puas, aku mencabut penisku yang lemas kehabisan tenaga. Spermaku tampak mulai menetes keluar dari vagina Marisa. Kukecup bibirnya dengan lembut, Marisa hanya bisa tergolek pasrah tanpa daya. Setelah tenaga kami pulih, kamipun ke kamar mandi membersihkan diri.

Dessy yang sedari tadi menikmati aksi kami langsung protes, "Abang nggak adil ya..., kenapa nggak tanya Dessy dulu, harusnya sama Dessy abang juga nggak perlu pake kondom, Dessy juga aman... baru selesai mens 3 hari yang lalu, sama dengan Icha"
"Sorry, abang cuma nggak mau ada resiko, emang apa bedanya sih..."
"Ya bedalah bang... kalau nggak pake kondom lebih enak... waktu nembak punya abang serasa meledak di dalam...puasnya mantap kali..."
"Oh...gitu...Ya udah, besok kita main lagi nggak pake kondom, abang janji..." kataku menghibur Dessy yang masih cemberut.
"Beneran ya bang... jangan bohong... besok abang main dengan Dessy nggak pake kondom... abang harus adil..."

----------------

Waktu sudah menunjukkan jam 2 pagi ketika kami memutuskan untuk tidur bertiga saling berpelukan tanpa busana. Sekitar jam 6 pagi aku terbangun. Kulihat kedua gadis Medan masih tergolek di samping kiri-kananku. Dengan gemas kuraba payudara Marisa yang montok dari belakang sehingga Marisapun terbangun.

"Abang udah bangun.?.Jam berapa ni bang..?. Marisa masih ngantuk.."
"Udah jam 6 pagi sayang..., abang gemes lihat tetek kamu... boleh abang pegang ya..."
"Ihh abang...nanti terangsang macam mana bang...."
"Ya nggak apa-apa, kita main lagi... threesome seperti semalam"
"Dasar...abang...genit..., abang udah sering threesome ya...." kata Marisa sambil mencubit pahaku.
"Ah..kadang-kadang aja.. kalau dapet rejeki seperti sekarang ini...mana mungkin abang tolak.."
"Kami belum pernah lho bang... semalem itu yang pertama kami main bertiga. Tadinya aku takut juga  bang..., tapi Dessy yang bilang buat pengalaman..."
"Tapi suka khan..." kataku sambil tanganku mempermainkan putingnya.
"Ihh... abang ini... getek kali....." katanya sambil tangannya berusaha ke belakang meraih penisku.

Aku tidak peduli, tanganku terus meremas-remas payudara Marisa sehingga membuatnya mulai terangsang. Kubalikkan badannya dan tanganku mulai menggerayangi selangkangannya sehingga vagina Marisa menjadi basah oleh cairannya. Nafas Marisa kembali terengah-engah menahan nafsu dan tangannya meremas-remas penisku yang mulai mengeras.

"Boleh abang masukin..."
"Iya bang...masukin aja..."

Langsung aku membuka paha Marisa dan menindih tubuh montoknya sambil menancapkan penisku ke dalam vaginanya yang sudah basah. Dessy tampak masih tidur, tapi aku tidak enak hati kalau  kami berdua main duluan meninggalkan Dessy. Sambil aku menancapkan penisku naik-turun di atas tubuh Marisa, tanganku meremas-remas payudara Dessy hingga dia terbangun. Setelah sadar apa yang terjadi, Dessy hanya tersenyum dan tetap membiarkan tanganku meremas-remas payudaranya. Pagi itu permainan kami berjalan sangat cepat, karena nafsunya sudah langsung tinggi tidak sampai 5 menit Marisa mulai menggelinjang tidak beraturan. Kupercepat tusukan penisku, tidak lama kemudian Marisa memelukku dengan erat sambil menjerit panjang menahan nikmat dan langsung kolaps beberapa detik kemudian, tergolek lemas karena orgasme.

Tidak menunggu lama, penisku yang masih tegang langsung kucabut dari vagina Marisa dan mencari sasaran baru, vagina Dessy. Dessy yang sudah terangsang berat melihat persetubuhan kami, langsung membuka pahanya dan membiarkan penisku masuk ke dalam vaginanya. Aku tidak membuang waktu, langsung kugenjot penisku keluar-masuk vagina Dessy dengan irama yang cepat. Kami berganti-ganti posisi, kadang aku di atas, kadang aku di bawah. Menghadapi vagina Dessy yang sempit aku tidak bisa bertahan lama, hanya kurang lebih 7 menit aku mulai merasakan gelombang orgasme. Dan tampaknya Dessy juga merasakan hal yang sama, pagutan pinggulnya makin kuat dan cengkeraman vaginanya makin keras.

"Bang... keluarin di dalam ya baangg...Dessy mau ngerasain abang punya keluar di dalam..."
"Iya Dessy...abang udah mau keluar..."
"Ayo bang...Dessy juga mau keluar...aggh...ooohh...mmhhh.. sekarang bangg...ooohhh."
"Dessy...abang keluaar...ooohh...."

Akhirnya dengan sebuah sentakan kuat aku memuncratkan seluruh spermaku ke dalam vagina Dessy yang menerimanya dengan perasaan puas.

----------------

Setelah beristirahat melepaskan rasa puas, kami mandi dan bersiap melanjutkan aktivitas. Sementara mobil mereka masih di bengkel sampai hari Senin mau tidak mau akulah yang mengantarkan mereka menikmati kota Bandung. Tidak apalah, aku pikir pengalaman bersama mereka semalam dan pagi tadi sudah menjadi hiburan yang luar biasa buatku. Dan ternyata pengorbananku mengantarkan mereka juga tidak sia-sia. Ketika aku menawarkan mereka untuk mencari hotel, mereka menolak. Mereka mau tidur bertiga lagi di kamar hotelku dan menikmati threesome sampai mereka pulang ke Jakarta lagi pada hari Selasa, artinya sudah pasti aku akan menikmati surga libido bersama mereka selama dua malam lagi.....alamak... mantap kali...!