Tuesday, May 13, 2014

Threesome Bersama Mbak Mar Dan Temannya



Sabtu sore itu aku berkunjung ke rumah Tante Nani. Sengaja kupilih Sabtu awal bulan karena biasanya Tante Nani dan Om Hadi sekeluarga pergi berlibur ke villanya dan aku bisa menikmati kehangatan tubuh Mbak Mar yang montok semalaman.. Aku sudah siapkan koleksi VCD porno untuk meningkatkan kadar libido. Benar saja, saat aku datang ke rumahnya, kulihat mobil BMW Om Hadi sudah tidak ada. Langsung saja aku buka pintu pagar dan memarkirkan motorku di dalam garasi. Mendengar aku masuk, Mbak Mar langsung menyambutku, "Eh, Mas Doni...ayo masuk mas...Bu Nani dan Pak Hadi seperti biasa...liburan ke villa, baru pulang besok sore..." katanya sambil tersenyum nakal penuh arti.

Pintu pagar kukunci untuk memastikan tidak ada orang yang masuk. Begitu masuk ke dalam rumah langsung kedua payudara Mbak Mar kuremas dengan gemas dan lehernya kujilati,

"Mhh...Mbak Mar sayangku..aku dah nggak sabar nih ...."
"Uuuh...sabar dulu mas...," kata Mbak Mar setengah berbisik sambil mencoba menjauhkanku.
"Lho...kenapa?" kataku heran, karena biasanya Mbak Mar langsung menyambut.
"Anu..ada temanku datang..dia ada di dalam...jadi kita mainnya nanti aja kalau dia udah pulang...udah dari tadi kok..paling sebentar lagi juga pulang"
"Oops maaf mbak...aku nggak tahu..."
"Nggak apa-apa..ayo aku kenalin...."

Di dalam kulihat tidak ada siapa-siapa, "Lho mana temannya mbak?" tanyaku. "Oh...mungkin sedang sholat di kamar.. tunggu aja."  Tidak berapa lama kemudian muncul seorang wanita dari kamar Mbak Mar, kurang lebih usianya seumuran mbak Mar, mungkin sekitar 35 atau 36 tahun, tapi tubuhnya lebih langsing dan wajahnya terlihat manis meski berjilbab. Mbak Mar memperkenalkan temannya kepadaku, namanya Mbak Ningsih, sama sama orang Pekalongan. Kata Mbak Mar dulu Mbak Ningsih ini cewek paling cantik di sekolahnya. Menurutku, sekarangpun kecantikannya masih tampak jelas terlihat. Kebetulan dia datang ke Bandung karena adik suaminya menikah dengan orang Bandung. Sementara suaminya sibuk dengan acara keluarga, dia menyempatkan mampir ke tempat Mbak Mar, teman lamanya. Selanjutnya kami bertiga mengobrol sambil nonton acara TV, tentu saja aku lebih banyak sebagai pendengar yang baik dan komentator.

Tiga jam sudah berlalu tidak ada tanda-tanda Mbak Ningsih berniat pulang. Malah kelihatannya makin malam obrolan Mbak Ningsih dan Mbak Mar makin seru, maklum mereka dulu cukup akrab dan sudah lama tidak bertemu.

"Mar, nggak terasa ya kita ngobrol, sekarang udah jam 9 lebih, kalau begitu aku tidur sini aja ya malam ini...lagipula males dengan suamiku, di tempat adiknya rame banget...acara akad nikahnya udah beres tadi pagi trus nggak ada apa-apa lagi, paling aku besok pagi aja harus pulang, soalnya sorenya ada resepsi, nggak apa-apa khan...toh nggak ada siapa-siapa lagi di rumah..."
"Oh..gitu..ya nggak apa-apa sih..aku seneng-seneng aja kita bisa ngobrol lagi...tapi apa nggak dicari suamimu?" Mbak Mar terlihat pura-pura senang. "Ah biarin aja..aku udah bilang kalau mau ketemu kamu kok,.."

........................................

Duh..sialan...bakalan batal nih rencanaku menikmati tubuh Mbak Mar yang montok. Aku pergi ke dapur dan memanggil Mbak Mar, pura-pura perlu sesuatu.

"Wah... mbak..kayaknya nggak jadi rencana kita malam ini...kalau gitu aku pulang aja ya? Kapan-kapan aja kalau pas om dan tante pergi ke villa lagi..." kataku setengah berbisik
"Yaah...sayang banget...padahal Mbak udah kepengen banget...maklum udah sebulan kita nggak begituan...kalau bisa Mas Doni nginep juga aja.... khan banyak kamar yang kosong...besok pagi kalau temanku sudah pulang kita bisa main...gimana? Atau nanti kalau temanku sudah tidur aku ke kamar Mas Doni...," katanya setengah berharap sambil tangannya mencubit pantatku dan meraba penisku.

Aku mulai ragu-ragu..., Mbak Mar masih terus mendesakku, "Ayolah Mas Doni...nginep sini aja, nanti aku bikinin nasi goreng istimewa kesukaan Mas Doni..."

Tiba-tiba terlintas pikiran mesum di otakku, "Mbak...aku mau deh nginep sini, tapi selain dapat nasi goreng gimana kalau kita ajak Mbak Ningsih ikutan main bertiga? Dia mau nggak kira-kira...?"

"Iiihh kamu ini nakal banget...Mbak Ningsih itu masih ada suaminya lho..."
"Tapi khan suaminya nggak tahu dan nggak akan curiga...gimana mbak?..Kita coba ajalah..ngak ada ruginya...kalau dia nggak mau ya udah ga apa-apa...kita main berdua besok pagi..."
"Mmm...ya terserah Mas Doni...tapi gimana caranya...? Mbak malu ngomongnya...takut dia nggak mau dan tersinggung sama Mbak Mar...jadi malah repot nanti..."
"Udah tenang aja..itu urusan saya..., Mbak Mar pura-pura kasih ide ganti acara TV dengan nonton VCD..aku bawa banyak VCD yang hot....selanjutnya kita lihat nanti..."

Kemudian kami kembali ke ruang TV menemani Mbak Ningsih yang masih asyik nonton. Sesuai janjinya Mbak Mar membuatkan kami nasi goreng istimewa. Dan sambil makan Mbak Mar mulai dengan rencana kami, "Ah.. bosen ya... nonton TV terus, acaranya nggak ada yang bagus... coba Mas Doni lihat di rak itu ada film yang bagus nggak...?" Aku segera pura-pura memeriksa rak yang dimaksud,

"Ah...nggak ada mbak, kebanyakan film kartun....nggak serulah...masak nonton film kartun...tapi aku bawa film untuk orang dewasa...Mbak Mar mau?"
"Maksudnya film dewasa..film apa sih..."
"Ya gitulah...film yang ada adegan hotnya....yang jelas bukan untuk anak-anak...," kataku sambil tertawa kecil.

Terlihat Mbak Mar membisikkan sesuatu ke telinga Mbak Nining, mereka berdua tertawa cekikikan.
"Gimana Ning...kita nonton VCD aja biar seru... sekali-sekali khan gak apa-apa..."
"Ah..terserah kamu aja Mar...toh nggak ada yang masih di bawah umur disini..."

Melihat lampu hijau, langsung kukeluarkan 4 keping VCD porno koleksiku, sengaja kupilih yang ada adegan threesome-nya. Kami bertiga menikmati tontonan video panas di sofa, Mbak Mar di tengah sementara aku di sebelah kanannya dan Mbak Ningsih di sebelah kirinya. Biar suasana mendukung, beberapa lampu sengaja kumatikan supaya cahaya ruangan jadi agak remang-remang. Selanjutnya adegan hot dan suara-suara desahan nikmat di layar TV 32 inch terus memenuhi ruangan dan membuat suasana mulai memanas dan membangkitkan kemistri libido. Mbak Ningsih awalnya menonton dengan canggung dan malu-malu, akhirnya ia melepaskan jilbabnya karena mulai merasa kegerahan. Sementara itu Mbak Mar posisi duduknya terus berubah-ubah, tangan kirinya mulai meraba-raba payudaranya sendiri dan tangan kanannya mengusap-usap daerah selangkangannya. Akupun juga terangsang hebat, kedua tanganku berganti-gantian meremas penisku yang terasa sangat keras dan siap meledak.

Dua keping VCD sudah selesai kami tonton, di VCD ketiga Mbak Mar mulai kehilangan kontrol. Dia membuka retsleting rok dan melepaskannya. Dimasukkannya tangan kanannya ke dalam celana dan jari-jarinya mulai mempermainkan klitoris dan vaginanya sendiri sambil terus mendesah-desah menahan nikmat. Melihat itu aku sendiri jadi nggak tahan untuk tidak bereaksi, tanganku langsung meraba payudara Mbak Mar yang montok dan meremasnya.

"Mbak, aku nggak tahan mau pegang teteknya ya..."
Mbak Mar hanya pasrah sambil terus mendesah-desah makin keras saat tanganku meremas-remas dadanya dan mempermainkan kedua putingnya.

"Mmhh..sorry ya Ning..aku nggak tahan...uuhh...."
"Ah nggak apa-apa Mar, kamu khan udah lama janda, pasti kepengen begituan...aku ngerti kok...aku aja yang masih punya suami rasanya kepengen juga...tapi malu...hi..hi..hi..."
"Kamu kalau kepengen nggak apa-apa juga Ning...aku nggak akan bilang suamimu...cukup kita aja yang tahu..."
"Ah..kamu ini ada-ada aja..."

Langsung aku melepaskan baju dan BH Mbak Mar. sekarang dia tergolek di sofa hanya terbalut celana dalam warna krem yang tampak mulai basah oleh cairan vaginanya.Akupun melepaskan baju dan celanaku sehingga tersisa hanya celana dalam saja. Kujilati dan kuremas seluruh payudara Mbak Mar yang momtok, putingnya kupermainkan dengan lidah dan kuemut-emut dengan penuh nafsu sehingga membuat Mbak Mar menggelinjang keenakan. Kupelorotkan celana dalam Mbak Mar sehingga vaginanya yang penuh ditumbuhi bulu-bulu tampak jelas meski dalam ruangan yang remang-remang. Sementara mulut dan lidahku terus mempermainkan payudaranya, jari tangan kananku kuselipkan ke dalam celah vagnanya yang sudah basah penuh lendir birahi. Tiga jariku masuk ke dalam vaginanya dan terus kegerakkan keluar-masuk dengan irama yang semakin lama semakin cepat.

Mbak Ningsih yang berada tepat disebelah Mbak Mar, tampak sangat gelisah dan salah tingkah, kadang tanpa sadar tangannya meraba-raba payudara dan daerah selangkangannya. Maklumlah, Mbak Ningsih juga manusia normal yang pasti terangsang melihat adegan panas dan desahan-desahan erotis berlangsung di depan matanya. Sementara itu Mbak Mar yang tergolek pasrah mulai merasakan puncak kenikmatan, nafasnya tersengal-sengal, dan lenguhannya makin kuat. Tangan kirinya meremas tangan Mbak Ningsih sementara tangan kanannya meremas-remas kepalaku. Merasakan Mbak Mar sudah mulai orgasme tanganku kumasukkan semakin dalam dan kugerakkan semakin cepat.

"Ah..Mas Doni..terus mas...terus..mas..terus sayang... enak banget..ahh..ahh..aaaaaahhh"

Badan Mbak Mar bergetar hebat dan pinggulnya berkedut-kedut merasakan kenikmatan orgasme pertamanya malam itu. Tak berapa lama kemudian tubuh Mbak Mar terkulai lemas tanpa tenaga.Setelah beristirahat mengumpulkan tenaga sebentar, Mbak Mar langsung bangkit dan gantian dia memelorotkan celana dalamku, langsung tanpa basa-basi dikulumnya penisku yang sudah mengeras sejak tadi. Dijilatinya seluruh penisku, mulai dari kedua biji salak di bagian bawah lalu lanjut ke seluruh batang penisku, akhirnya ke bagian kepala penisku. Sambil mulutnya mengulum, tangannya juga tidak berhenti meremas-remas.

"Udah keras banget...masukin ya sayang... Mas Doni bawa kondom khan?"

Aku mengangguk.
Mbak Mar lalu merebahkan diri di karpet depan TV, kepalanya di dekat TV sementara kedua kainya mengangkang menghadap ke sofa.

"Ning...nggak apa-apa khan kalau aku main di depanmu?"
"Nggak apa-apa...terusin aja..."
"Mau ikutan...? Kita main bertiga yuk...seperti yang di film tadi... kapan lagi kita bisa main dengan anak muda? Ntar nyesel lho....."

Mbak Ningsih hanya tersenyum, tapi jelas tampak ada keraguan di wajahnya, antara mau dan malu.

"Ya udah...kamu lihat aja dulu ya Ning.. aku main dengan Doni dulu, nanti kamu kalau mau gabung langsung aja ya...gak usah malu-malu, cuma kita aja yang tahu... Kami sebenarnya sudah sering kok, udah hampir setahun... Kalau cuma 3 ronde semalem dia ini sanggup kok, maklum masih mahasiswa, jadi jangan takut nggak kebagian...hi..hi..hi...iya khan Mas Doni?"

"Ah bisa aja Mbak Mar ini,... kalian ajalah...aku disini aja..."
Langsung kuposisikan diriku diantara selangkangan Mbak Mar, penisku kuarahkan ke lubang vaginanya yang basah. Dengan perlahan tapi pasti kumasukkan batang penisku ke dalam vagina Mbak Mar yang melenguh keenakan, "Oohhh...Mas Doni...masukin yang dalam mas..."

Kami yang sudah terangsang hebat sejak menonton VCD tadi tidak membuang-buang waktu, langsung kegenjot pinggulku dengan cepat sehingga penisku keluar-masuk vagina Mbak Mar dengan suara kecipak yang heboh. Sementara Mbak Mar yang 'horny' berat juga menanggapi dengan menggoyang-goyangkan pantatnya naik-turun. Suara TV yang sekarang terasa mengganggu kenikmatan persetubuhan kami segera kukecilkan. Kupeluk erat tubuh Mbak Mar yang montok, payudaranya yang besar dan mengganjal menambah rasa nikmat pelukan kami. Sementara itu lidahku terus menjilati leher dan telinga Mbak Mar sehingga membuatnya makin terangsang dan gerakan pantatnya makin bersemangat. Sesekali kedua lidah kami juga saling beradu.

Setelah beberapa lama, kami berganti posisi. Kali ini aku yang di bawah, dan Mbak Mar di atas.Tidak berapa lama dalam posisi ini Mbak Mar mulai merasakan puncak kenikmatan. Terpengaruh kemistri libido Mbak Mar yang memuncak, akupun juga merasakan hal yang sama. Tapi nikmatnya vagina Mbak Mar terpaksa kuhentikan sejenak untuk memasang kondom sebelum terlanjur jebol dan jadi masalah. Begitu kondom terpasang, Mbak Mar tidak sabar langsung memasukkan lagi penisku ke dalam vaginanya. Tidak sampai satu menit kemudian Mbak Mar mulai mengguncang-guncangkan pinggulnya dengan hebat, vaginanya terasa makin menjepit penisku dan tangannya mencengkeram erat dadaku.

"Aduuh Mas Doni..Mbak mau keluar lagi...aah...aaahhh..."
"Ayo mbak, kita barengan, aku juga udah mau keluar...mmhhh...ooohh..."

Mbak Mar mengedutkan pinggulnya berkali-kali dengan kuat, seluruh badannya bergetar menahan nikmat orgasmenya yang kedua. Akupun tidak tahan menahan laju sperma yang menyembur....crett..crett.... sehungga kami berdua mengerang keenakan selama beberapa saat. Akhirnya Mbak Mar merebahkan tubuhnya yang lemas ke dadaku, kami berpelukan selama beberapa saat.

Tak berapa lama kemudian Mbak Mar bangkit sambil mengeluarkan penisku yang mulai sedikit lemas kelelahan, dilepaskannya juga kondom dan diperiksanya, "Wow..banyak banget pejunya...mudah-mudahan stoknya masih banyak untuk malam ini..hi..h..hi..."

................................................

Kulihat Mbak Ningsih masih terduduk di sofa, tapi tampaknya pakaiannya sudah agak berantakan, Kancing bagian atasnya terlihat ada beberapa yang terbuka, demikian juga rok panjangnya tampak sedikit terangkat. Entah apa yang dilakukannya selama kami asyik bersetubuh di depan matanya. Mbak Mar duduk menghampiri Mbak Ningsih dan mulai merayunya untuk ikut bergabung.

"Ayo Ning..ikutan gabung...dijamin enak lho...kamu pasti kepingin seperti aku tadi, iya khan...? Pasti puas deh.... Pokoknya aman, aku nggak akan bilang ke suamimu kok, ayo... kapan lagi nyobain daun muda., nikmati pengalaman baru mumpung lagi di Bandung...nanti nyesel lho....kalau udah di Pekalongan kamu nggak bisa macem-macem lagi...."

Mbak Ningsih tampak sekali masih ragu-ragu, berkali-kali dia mencoba menolak, tapi Mbak Mar terus mendesak dan merayu hingga akhirnya dia menyerah juga. "Bener ya... jangan kasih tau suamiku..." tanyanya ke Mbak Mar. Dengan dibantu Mbak Mar dia membuka sekuruh pakaiannya. Tubuh Mbak Ningsih tampak begitu sexy tergolek di sofa tanpa busana. Badannya lebih langsing dari Mbak Mar dan payudaranya tidak besar tapi cukup proposional dengan postur tubuhnya dan masih cukup kencang. Ditambah wajahnya yang manis...perfect. Tidak ada yang percaya kalau tubuh se-sexy itu sudah punya tiga orang anak. Sementara itu di bagian selangkangan bulu-bulu kemaluannya tidak selebat Mbak Mar sehingga belahan vaginanya samar-samar cukup terlihat meski dalam cahaya remang.

Kudekati Mbak Ningsih yang masih tampak malu-malu, kedua tangannya mencoba menutupi payudara dan vaginanya. Terlihat dia canggung sekali harus telanjang di depan lelaki yang bukan suaminya. Aku mencoba mencairkan suasana dengan memuji tubuhnya,

"Mbak Ningsih ternyata masih sexy ya...kayak masih gadis aja...nggak kalah dengan teman-temanku di kampus.... .bisa-bisa aku nggak tidur semaleman nih..."
"Ih...emangnya mau main berapa kali...mentang-mentang anak muda..."
"Sekuatnya Mbak Ningsih aja....maunya berapa kali...punyaku pasti bisa bangun terus kalau dekat Mbak Ningsih yang sexy...."

Mbak Ningsih tertawa kecil menanggapi godaanku, kekakuannya sedikit mencair. Langsung kuciumi lehernya dan kuremas-remas payudaranya yang padat. Awalnya masih agak kaku dan canggung, mungkin ini pertama kalinya dia main dengan lelaki selain suaminya, tapi lama-kelamaan Mbak Ningsih mulai menikmati. Tangannya mulai meraba-raba penisku yang mulai menegang lagi. Dan ketika aku mencoba mencium bibirnya diapun menanggapi. Kami berciuman dengan hangat, bibir kami saling memagut dan lidah kami saling melilit. Kuraba selangkangannya, vagina Mbak Nining terasa sudah basah dan licin, mungkin sudah terangsang berat dari tadi.... Kupermainkan klitorisnya dan Mbak Ningsih menggelinjang keenakan.

Kemudian aku berbisik kepadanya sambil kuusap-usap vaginanya dengan lenbut, "Mbak, boleh saya jilati punya mbak...?"  Mbak Ningsih mengangguk perlahan. Kepalaku kuarahkan ke selangkangannya, kusibakkan bibir vaginanya hingga lubangnya membuka dan tampak berwarna merah berlendir menjanjikan kenikmatan. Klitorisnya yang mungil dan tersembunyi mulai kujilati. Mbak Ningsih menjerit tertahan, tangannya meremas kepalaku. Kadang klitorisnya kupermainkan diantara bibirku, kadang kuemut dan kuhisap dengan lembut lalu kujilati lagi seolah sedang menikmati es krim lezat. Sementara itu Mbak Mar juga ikut bergabung dengan mempermainkan dan menjilati penisku sehingga membuatnya semakin mengeras dan siap tempur.

Aroma vagina Mbak Ningsih yang khas membuat birahiku semakin naik. Kujilati lubang vaginanya, mulai dari labia mayora di bagian luar, labia minora,  lalu masuk ke dalam liang vaginanya dan kubenamkan lidahku sedalam mungkin. Klitorisnyapun tidak luput dari ganasnya jilatanku. Mbak Ningsih tampak sangat menikmati, tak berapa lama kemudian aku merasakan pinggulnya mulai berkedut-kedut tak beraturan.

"Aaah...aahh...mmmhhh...Doniii...ooohhh....."

Tangan Mbak Ningsih meremas kuat-kuat kepalaku dan pinggulnya berrkedut-kedut kuat tak terkendali dalam gelombang orgasme yang nikmat. Akupun merasakan vaginanya makin dibanjiri oleh cairan bersamaan datangnya orgasme. Akhirnya Mbak Ningsih terkulai lemas di sofa sambil matanya terpejam menikmati sisa-sisa orgasmenya, sungguh tampak sexy dan membangkitkan gairah.

"Mbak, kita lanjutin di kamar aja yuk..," kataku pada Mbak Mar.
"Tapi kamar Mbak Mar tempat tidurnya sempit kalau bertiga..."
"Ya udah di kamar Om Hadi aja gimana...? Tempat tidurnya gede, puas kalau bertiga...kamar mandinya ada air panasnya lagi..."
"Iyalah, nggak apa-apa, tiap hari juga Mbak Mar yang beresin...," kata Mbak Mar menyetujui usulku.

TV kumatikan dan kami bertigapun langsung menuju kamar tidur utama. Aku merebahkan diriku di tengah tempat tidur kingsize yang empuk. Mbak Mar dan Mbak Ningsih masing-masing disebelah kiri dan kananku.

"Dah...lanjutin yang tadi..Ning... kalau dengan aku sudah sering, malam ini giliranmu...puas-puasin deh..."
"Iya deh... tapi kamu juga dong Mar...masak cuma nonton aja..."
"Ya aku juga pasti ikutan, mana mungkin aku tahan cuma nonton...tapi maksudku kamu aja yang banyak, biar puas... mumpung dapat daun muda...kapan lagi..." kata Mbak Mar menjelaskan.

"Ok ibu-ibu...udah selesai diskusinya...aku udah nggak tahan nih...kepengen langsung dimasukkin ke punya Mbak Ningsih yang sexy...," kataku sambil meremas payudara Mbak Ningsih. Sementara aku mulai menjilati payudara Mbak Ningsih, Mbak Mar kembali asyik melumat penisku untuk memastikan penisku cukup keras agar bisa memuaskan Mbak Ningsih, teman baiknya.

Mbak Ningsih mulai naik nafsunya, nggak tahan cuma dijilati payudaranya dia minta lebih, "Masukin dong.... sekarang...." Menanggapi tawarannya, langsung kuposisikan diriku diantara kedua kakinya. Kumasukkan penisku ke dalam vaginanya yang hangat dan basah sambil kutindih tubuhnya yang sexy  Mbak Ningsih mendesah-desah menikmati setiap tusukan penisku, "Oooh..mmhhh...mmhh...."

Mungkin karena sering dipakai suaminya, maklum istri cantik dan sexy, punya Mbak Ningsih tidak sesempit punya Mbak Mar, tapi rasanya tetap nikmat karena dia pintar sekali menjepit penisku dengan otot-otot vaginanya. Aku bangkit dan mengubah sedikit posisi bercinta kami, sementara tubuhnya terlentang pasrah kusilangkan kaki kiri Mbak Ningsih di atas kaki kanannya sementara kaki kiriku di atas kaki kanannya lalu kumasukkan penisku dari posisi agak menyamping. Dengan posisi baru ini Mbak Ningsih tampak sangat menikmati karena penisku terasa masuk semakin dalam, "Aaahh...enak bangat...rasanya sampe mentok ke ujung....aaagh....oooohhh..." Menyadari Mbak Ningsih menyukai posisi ini langsung kutusukkan penisku semakin dalam. Tak lama kemudian Mbak Ningsih mulai bergerak tak beraturan, suara desahannya makin keras dan pinggulnya mulai menyentak-nyentak menyambut orgasmenya bersama lelaki yang bukan suaminya.

"Aaahhh...aaaggh...addduuhhh...aku keluaaarr...aaagh....," tubuh Mbakn Ningsih bergetar hebat, menegang beberapa saat dan kemudian terkulai lemas menikmati orgasme.

"Gimana rasanya Ning...? Enak khan....?" tanya Mbak Mar menggoda.
"Wow..kamu bener Mar....enak bangeeeet...dah lama nggak ngerasain yang keras kayak gini....maklum suamiku sudah tuwek... ngacengnya kurang mantep.... aku mau deh sering-sering main ke Bandung...."
"Mau dilanjutin lagi Mbak...?" tanyaku.
"Siapa takut..! Ayo masukin lagi yang dalam....tancap terus..." kata Mbak Ningsih menantang. Nggak nyangka wanita berjilbab yang awalnya tampak santun dan malu-malu sekarang malah tampil bak wanita binal. Kali ini Mbak Ningsih memposiskan dirinya dengan nungging, memintaku untuk menusuknya dari belakang, "Nih lubang Mbak Ning udah siap buat kamu...masukin lagi sayangku....masukin yang dalam....." Tanpa menunggu lebih lama lagi langsung kumasukkan penisku ke dalam lubang vaginanya yang menantang. Mbak Ningsih sangat nyaman diposisi ini, matanya merem-melek dan terus mendesah-desah menahan nikmat. "Mhh...tusuk yang kuat. sayang...mmhh...ooohhh... iya gitu... yang dalam. sayang......"

Setelah kurang lebih 5 menit diposisi itu Mbak Ningsih minta gantian, dia mau di atas. Aku merebahkan diri di sebelah Mbak Mar yang tengah asyik memainkan klitorisnya sendiri. Mbak Ningsih mengangkangi aku dan memasukkan penisku ke dalam lubang vagunanya yang basah dan merah. Mbak Ningsih langsung menggenjot pinggulnya dengan penuh nafsu untuk membuat penisku masuk sedalam mungkin ke lubang vaginanya. Siapa mengira wanita yang sehari-hari berjilbab ini ternyata menyimpan libido yang luar biasa? Dengan goyangan penuh nafsu sehebat itu sudah pasti Mbak Ningsih bakal cepat sampai puncak lagi. Dan benar saja, tidak lama kemudian tubuh Mbak Ningsih mulai berguncang makin kuat, hentakan pinggulnya makin kuat dan cepat.

"Adduuuhh...ooohhh...aku mau keluar lagii...duuuh...nggak tahan...aaaagh.....aaaaaaghhh"

Tubuh Mbak Ningsih bergetar hebat sebelum akhirnya menegan,. matanya terpejam, nafasnya tersengal-sengal, dan mulutnya ternganga melampiaskan jeritan nikmat. Akhirnya Mbak Ningsih rebah di dadaku, terkulai lemas akibat energi yang terkuras habis oleh orgasmenya yang ketiga malam itu.

Kubelai rambutnya dan kukecup bibirnya dengan lembut,
"Gimana mbak...masih mau lanjut...?"
"Mmhh...edan tenan....aku masih capek...istirahat dulu ya sayang...main sama si Mar dulu ya...aku masih mau kok, tapi nanti..  mau istirahat sebentar... capek..."

Mbak Ningsih tampak kelelahan, dengan perlahan kurebahkan dia disampingku. Mbak Mar yang melihat penisku masih tampak tegang tidak menyia-nyiakan kesempatan. Langsung dikangkanginya aku dan dimasukkannya penisku ke dalam vaginanya. Mbak Mar yang sudah dari tadi terangsang hebat melihat persetbuhanku dengan Mbak Ningsih langsung menggenjot pinggulnya dengan penuh nafsu sehingga membuat penisku terbenam di dalam vaginanya yang terasa sempit. Mbak Mar terus menggoyang-goyangkan pinggulnya seolah tidak memberi aku kesempatan untuk bernafas. Tidak berapa lama kemudian Mbak Mar menggelinjang hebat menikmati orgasmenya. Selanjutnya Mbak Mar merebahkan diri disampingku, tergolek lemas, "Ning, gantian kamu lagi, aku udah puas...."

Mbak Ningsih tampaknya sudah mulai pulih dari rasa lelahnya, dia langsung merapat dan meraih penisku. "Ayo jagoan...masukin lagi ke punyaku....sekarang sampai kamu keluar ya sayang....nggak usah pake kondom segala...aku pake KB.... aman, keluarin aja semua di dalam memekku...."

Mendapat tawaran istimewa tersebut libidoku langsung naik setinggi langit, tanpa menunggu aba-aba langsung kutindih Mbak Ningsih dan kumasukkan penisku ke dalam vaginanya yang sudah menunggu. Kugenjot dengan irama yang cepat sehingga membuat Mbak Ningsih gelagapan menanggapi seranganku...Kujilati lehernya, telinganya, kucumbu bibirnya, kulumat lidahnya dan kuremas-remas payudaranya yang padat. Aku benar-benar bernafsu, tidak sabar menumpahkan spermaku di dalam vagina seorang wanita cantik dan sexy.

"Beneran ya mbak, boleh aku keluarin di dalam?"
"Iya..keluarin aja....biar kamu puasnya pol sayang..... mmhhh...ooohhh....adduh...enak banget.....ayo keluarin sekarang, mbak udah nggak sabar....aaahh...kamu ganas banget... mmhh...  kayaknya kalau seperti ini mbak sebentar lagi bisa keluar nih....."
"Iya mbak...aku juga udah mau keluar...uuuh,,,aduuuh...kita barengan ya mbak...."
"Keluarin sayaaang...keluarin di dalam.....ayo sayang... tusuk yang kuat...keluarin sekarang... oohh... mbak udah mau...aaahhh...keluaaaar....aaagh...Doniii...ooohhh....addduuuh.... nggak tahan... aduuuuuh... mbak keluar lagii....oooohhh..."
"Agh...aku juga...mbaaakk....aaaagh...."

Kusentakkan penisku dengan kuat sedalam-dalamnya sambil memuntahkan seluruh isinya di dalam vagina Mbak Ningsih, creet...creett...creet...uh..nikmatnya luar biasa.. Tubuhku terkulai lemas di atas tubuh Mbak Ningsih yang juga lemas terkuras rasa nikmat orgasme. Setelah tenaga yang terkuras mulai sedikit terpulihkan, kukecup bibir Mbak Ningsih dan aku berguling turun dari atas tubuhnya yang molek. Rasanya sperma yang keluar lebih banyak dari yang pertama, kulihat sebagian spermaku tampak menetes dari celah vagina Mbak Ningsih.

........................................

Hari sudah lewat tegah malam, kudengar sayup-sayup suara satpam kompleks memukul tiang listrik 2 kali tanda sudah pukul 2 pagi. Tidak terasa hampir 4 jam kami menikmati persetubuhan liar bertiga. Kami tidak banyak berkata-kata lagi karena sudah kelelahan dan tidak lama kemudian kamipun tertidur bertiga dalam dinginnya malam kota Bandung tanpa busana sehelaipun, hanya ditutupi selimut tebal.

Kami bangun sekitar pukul 7 pagi, bertiga kami mandi menikmati air hangat di kamar mandi Om Hadi. Sambil mandi tentu saja kami saling berciuman, saling meraba, melakukan seks oral bertiga: aku jilati vagina Mbak Ningsih sementara Mbak Mar mengulum penisku, lalu gantian aku jilati vagina Mbak Mar sementara Mbak Ningsih yang menjiati dan menghisap penisku. Selanjutnya aku kembali memasukkan penisku ke dalam vagina Mbak Ningsih serta Mbak Mar berganti-gantian dengan berbagai posisi yang kuakhiri dengan menumpahkan kembali spermaku di dalam vagina Mbak Ningsih.

Setelah sarapan, Mbak Ningsih minta dipanggilkan taxi karena dia harus pulang ke rumah adik iparnya. Mbak Ningsih berjanji kalau ada kesempatan akan main ke Bandung lagi mengulangi pengalaman threesome yang baginya sangat mengesankan. Setelah Mbak Ningsih pergi dengan taxinya, maka di rumah tinggal kami berdua, aku dan Mbak Mar, "Mas Doni, yuk kita masuk...film yang lain masih ada khan?....kita nonton lagi mumpung rumah masih kosong sampai nanti jam 5 sore...." kata Mbak Mar sambil mencubitku dengan tatapan genit.