Wednesday, August 27, 2008

Tante Rina, Teman Seperjalanan



Suatu ketika salah seorang kerabat dekatku di Sidoarjo menikah dan aku harus datang sebagai wakil keluarga. Hubungan kami cukup dekat, aku bermaksud datang beberapa hari sebelum hari-H. Akupun berangkat naik kereta api dari Bandung ke Surabaya untuk kemudian nanti disambung naik kendaraan umum lain menuju Sidoarjo. Karena dikirimi uang yang cukup oleh orang tuaku, aku membeli tiket untuk kelas bisnis yang ber-AC.

Tadinya aku mengira perjalanan ini akan melelahkan dan membosankan. Tapi ternyata keadaannya berbeda. Di kereta api aku mendapat tempat duduk di sisi kiri. Duduk di sebelahku di dekat jendela adalah seorang wanita yang dari pakaian dan dandanannya aku rasa berasal dari kalangan menengah-atas. Tidak muda lagi memang, umurnya mungkin sekitar 45 tahun, tapi masih cukup menarik dan tampak jelas bahwa dia lumayan cantik sewaktu muda. Kulitnya agak kuning, bersih dan terawat, wangi lagi.

"Mau kemana tante?" tanyaku berusaha bersikap ramah.
"Mau ke Surabaya.., adik mau ke mana?"
"Sama tante...mau ke Surabaya juga..."

Kamipun berkenalan, namanya Marina, aku memanggilnya Tante Rina. Dia ke Surabaya untuk menyusul suaminya yang sedang mengikuti rapat kerja para pejabat sebuah departemen. Tante Rina cukup ramah dan pandai mencari topik-topik pembicaraan yang menarik sehingga perjalanan kereta yang harusnya membosankan jadi lumayan menyenangkan. Tidak itu saja, Tante Rina juga mentraktirku makan malam di gerbong restorasi sehingga kami menjadi semakin akrab.

Tanpa sadar aku mulai menanyakan hal-hal yang mungkin agak pribadi. Untungnya Tante Rina tidak tersinggung.

"Tante kok pakai repot-repot ke Surabaya? Anak-anak yang di rumah sama siapa?"
"Ah anak-anak sudah mulai gede-gede dan bisa ditinggal, ada yang jaga kok, masalahnya suami jaman sekarang ini repot dik kalau dibiarkan pergi ke luar kota berhari-hari... suka lupa istri..."
"Oo..." aku cuma tersenyum.

Lalu Tante Rina mulai bercerita panjang lebar tentang isu-isu perselingkuhan dan petualangan suaminya dengan banyak wanita. Aku hanya berusaha menjadi pendengar yang baik, maklum itu persoalan rumah tangga yang seharusnya aku tidak perlu tahu dan tidak boleh ikut campur, apalagi aku baru beberapa jam saja mengenalnya. Tapi rupanya semakin larut malam Tante Rina malah semakin banyak mencurahkan seluruh keluh-kesah persoalan rumahtangganya padaku. Seolah-olah Tante Rina mendapat kesempatan untuk mengumbar semua perasaan tertekan yang selama ini harus dipendamnya.

"Aduh maaf ya Dik Doni, tante kok jadi cerita banyak masalah tante."
"Nggak apa tante, saya senang kok tante percaya saya meski kita baru kenal"
"Terima kasih ya dik... nggak tau kenapa setelah tante cerita, perasaan tante jadi lebih lega" katanya sambil memegang tanganku. Aku balas memegang tangannya dan kami saling berpegangan cukup lama sehingga membuat perasaan kami menjadi semakin dekat satu sama lain. Hari semakin larut, kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 12. Penumpang lain sudah banyak yang tertidur, tapi pembicaraan Tante Rina semakin seru dan kami malah semakin akrab. Bahkan tak segan-segan Tante Rina sesekali menyenderkan kepalanya di bahuku.

"Dik Doni, kayaknya tinggal kita aja yang belum tidur... Dik Doni sudah ngantuk?"
"Enggak tante, terus terang ngobrol dengan tante membuat saya nggak ngerasa ngantuk, tapi kalau tante udah ngantuk nggak apa-apa, tidur aja duluan..."

Tante Rina kembali menyenderkan kepalanya di bahuku., kali ini dia bahkan semakin manja, tangannya memeluk lenganku.

"Nggak apa-apa khan Doni.... tante merasa nyaman di dekat Doni"
Tante Rina mulai memanggil namaku tanpa atribut 'dik'. Aku cuma tersenyum, tanpa sadar aku mulai mencium rambutnya yang lembut dan wangi. Tadinya aku sempat khawatir Tante Rina akan tersinggung dan mengira aku kurang ajar, tapi ternyata tidak, tangannya malah semakin erat memeluk lenganku.

Bagaimanapun aku seorang laki-laki normal, berdekatan dengan seorang wanita di malam hari dalam keadaan sepi seperti ini pasti memunculkan pikiran-pikiran erotis. Dan itulah yang terjadi saat itu, pikiranku mulai mengembara ke wilayah erotis. Terbayang pengalaman ML-ku dengan Tante Nita atau wanita-wanita lain dan aku ingin sekali bisa menikmati tubuh Tante Rina. Tanganku mulai mengelus tangan Tante Rina dan aku semakin sering menciumi rambutnya. Tante Rina tidak menunjukkan tanda-tanda penolakan, aku mulai memberanikan diriku untuk mengelus-elus wajahnya seperti layaknya sepasang kekasih.

Selama beberapa saat kami diam tidak berbicara apa-apa, hanya terdengar suara roda-roda kereta menggelinding di atas rel. Aku tahu Tante Rina juga belum tidur, tangannya semakin erat memegang tanganku dan juga mulai membalas mengelus-elus tanganku. Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Tante Rina saat itu, tapi pikiranku terus dipenuhi khayalan-khayalan dan keinginan-keinginan erotis tentang Tante Rina.

Setelah beberapa lama aku mulai yakin semua penumpang lain sudah tertidur dan tidak ada yang memperhatikan kami. Aku makin berani, kuangkat wajah Tante Rina, matanya terbuka perlahan dan kami saling berpandangan. Seolah ada magnet yang sangat kuat, wajah kami saling mendekat dan akhirnya kami mulai berciuman. Awalnya ada sedikit keraguan tapi tidak lama kemudian kami sudah tidak peduli apa-apa lagi. Kurasakan bibirnya terasa hangat dan lembut. Di balik penampilannya yang sopan dan anggun, Tante Rina ternyata juga seorang wanita yang hangat dan penuh gairah. Lidahnya mulai nakal masuk ke dalam mulutku dan tangannya mulai berani menggerayangi daerah selangkanganku. Akupun membalas cumbuan mautnya dengan melilitkan lidahku, sementara itu tanganku mulai meraba-raba payudaranya.

Tante Rina makin ganas, dia mulai melepas ikat pinggangku dan membuka retsletingku. Tangannya yang nakal masuk ke celana dalamku dan meremas-remas penisku yang mulai mengeras. Aku tidak mau kalah, aku mulai membuka satu per satu kancing baju Tante Rina dan kuselipkan tanganku ke dalam BHnya. Kuremas-remas payudaranya yang hangat dan empuk, sesekali kupilin-pilin putingnya sehingga membuat Tante Rina mencumbuku semakin ganas.

Tapi tiba-tiba penumpang yang duduk di sisi sebelah kanan, tepat di sebelah kami terbangun. Kami segera menghentikan perbuatan kami dan segera merapikan pakaian kami yang amburadul. Untungnya orang itu tidak begitu menyadari apa yang sedang terjadi, tapi kami tidak berani lagi melakukannya. Tante Rina hanya tersenyum nakal sambil mengedipkan sebelah matanya kepadaku, lalu kembali menyandarkan kepala di bahuku.

"Besok anterin Tante ke hotel ya Don..." katanya lirih sambil mencubit pahaku.
"Ok tante..." aku segera tahu apa maksudnya, tidak lama kemudian kami berduapun tertidur.

******

Kami sampai di stasiun Gubeng Surabaya sekitar pukul 9 pagi, segera Tante Rina mencari taksi untuk membawa kami ke hotel.

"Nanti suami tante gimana?"
"Ah nggak apa-apa, sekarang dia lagi sibuk rapat sampai jam 5 sore nanti... lagi pula kita pergi ke hotel yang lain.."

Sampai di hotel kami langsung menuju kamar. Aku merebahkan diri di tempat tidur untuk meluruskan badan yang terasa lelah setelah semalaman harus tidur dalam posisi duduk. Sementara itu Tante Rina langsung masuk ke kamar mandi, tampaknya dengan sengaja ia tidak menutup pintu. Tidak berapa lama kemudian Tante Rina memanggilku,

"Doni... mandi yukk, barengan tante"

Aku bergegas masuk ke kamar mandi dan kulihat Tante Rina sedang berdiri di bawah pancuran shower dalam keadaan telanjang bulat. Payudaranya yang semalam kuremas-remas tampak agak menggantung, kulihat pentilnya berwarna coklat, begitu menggairahkan. Sementara itu di antara kedua pangkal pahanya terlihat bulu-bulu kemaluan yang cukup lebat dan basah kuyup menutupi seluruh daerah vaginanya. Aku hanya bisa terbelalak kagum menatap keindahan tubuh wanita matang ini. Biarpun umurnya tidak muda lagi dan tubuhnya tidak begitu kencang, tetap saja aku terangsang. Aku tidak sabar untuk segera bisa memasukkan penisku ke dalam liang vaginanya.

"Sini... jangan bengong, ayo buka bajunya, sabunin punggung tante..."

Akupun segera menanggalkan seluruh pakaianku dan menghampiri Tante Rina.

"Duh...tante sexy sekali..."
"Doni juga... tuh liat... udah tegang anunya...hi..hi..hi..."

Tanpa banyak basa-basi kami langsung bercumbu di bawah pancuran shower air hangat, melanjutkan apa yang semalam kami mulai dan belum tuntas. Tangan Tante Rina mulai meremas-remas penisku sementara tanganku juga mulai merayapi selangkangannya. Di balik bulu-bulu yang lebat kurasakan belahan vagina Tante Rina yang begitu hangat dan licin berlendir. Tante Rina mulai bergetar dan mendesah-desah menahan nikmat.

"Mhh...ss...sabunin tante dulu sayang... nanti gantian tante yang sabunin kamu..."

Aku mencabut jari-jariku dari dalam liang vaginanya, lalu segera menyabuni punggungnya. Kemudian dari arah belakang aku menyabuni Tante Rina sekaligus meremas-remas payudaranya. Kusabuni pantat dan pahanya sambil sesekali aku meremas-remas pantatnya yang sexy. Tanganku mulai menuju ke selangkangannya dan jari-jariku yang nakal kembali masuk ke sela-sela belahan vaginanya. Tante Rina tampak kembali bergetar dan sangat menikmati itu, kali ini ia membiarkan aku mengeksplorasi seluruh tubuhnya.

Kemudian giliran Tante Rina menyabuni seluruh tubuhku dengan lembut. Sementara tangan kanannya menyabuni seluruh badanku, tangan kirinya terus meremas-remas penisku sehingga membuat gairahku semakin memuncak dan ingin segera menancapkan penisku ke dalam vaginanya. Akhirnya setelah puas meremas-remas penisku Tante Rina mulai berjongkok di depanku dan langsung memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Dikulumnya penisku dengan penuh nafsu, terlihat jelas pipinya yang kempot saat menghisap penisku. Kucengkeram rambut Tante Rina sambil menahan rasa nikmat yang diberikan mulutnya.

Setelah 'foreplay' dirasa cukup Tante Rina lalu menarikku ke tempat tidur. Dengan sedikit tergesa-gesa direbahkannya badanku ke atas tempat tidur sehingga aku terlentang. Rupanya Tante Rina sudah sangat 'horny'. Tanpa banyak bicara Tante Rina memposisikan dirinya di atasku sambil memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang tertutup bulu-bulu lebat.

Bersamaan dengan masuknya penisku ke dalam vaginanya kulihat Tante Rina memejamkan mata dan membuka mulutnya menahan rasa nikmat. Tidak lama kemudian pantatnya mulai turun-naik, perlahan tapi penuh tenaga diikuti desahan-desahan yang erotis. Penisku terasa menusuk vagina Tante Rina hingga ke ujung, sensasinya sungguh luar biasa. Aku merasakan vagina Tante Rina seolah mencengkeram erat dan mengurut-urut penisku sehingga aku harus bersusah payah mengendalikan diri supaya tidak terlallu cepat mengalami orgasme. Permainan Tante Rina benar-benar luar biasa menurutku. Sementara pantatnya naik turun makin cepat, tangannya terus aktif mempermainkan bola pingpongku. Aku tidak mau kalah, tanganku juga terus meremas-remas payudaranya.

"Aduuh tante...enak banget..."
"Mmhh...Doni... punya kamu juga enak.... keras dan masuk sampai ke ujung..."
"Tante punya juga ok... seperti masih perawan aja" kataku memujinya sambil terus menyentak-nyentakkan pinggulku menyambut pagutan ganas vaginanya.

"Mmhh...Doni...kayaknya tante mau keluar sebentar lagi..."
"Barengan tante...Doni juga mau keluar..."
"Keluarin aja sayang... keluarin di dalam..."

Tidak lama kemudian gerakan Tante Rina makin liar, kepalanya terus bergoyang-goyang tak beraturan, nafasnya terengah-engah, matanya terpejam dan mulutnya menganga menahan nikmat... sementara tangannya mencengkeram apapun yang bisa diraihnya.

"Aaagghh...Doni...Aaagggghhh..."
"Tantee....Doni keluaar.... aagh..."

Spermaku muncrat ke dalam liang vagina Tante Rina diikuti dengan rasa nikmat yang luar biasa, tulangku seolah rontok dan aku kehilangan semua tenagaku. Sementara itu tubuh Tante Rina yang baru saja mengalami orgasme hebat juga mulai terkulai lemas. Perlahan-lahan dia membiarkan tubuhnya yang sudah kehilangan tenaga rebah di sampingku. Kami berpelukan sambil mencoba meresapi sisa-sisa kenikmatan orgasme yang kami alami tadi. Kulihat spermaku mengalir keluar dari belahan vaginanya, bercampur dengan cairan vagina dan menetes ke sprei tempat tidur.

Kami hanya beristirahat 5 menit sebelum Tante Rina mulai bangkit kembali birahinya dan meremas-remas penisku yang masih agak kelelahan. Sentuhan tangan Tante Rina perlahan-lahan membangkitkan gairahku dan penisku kembali mengeras seperti sebelumnya.

"Masukin lagi Don... tante masih pengen..."

Tanpa banyak tanya lagi aku langsung menindih tubuh Tante Rina yang tergolek dengan paha dikangkangkan siap menantiku. Segera kumasukkan penisku ke dalam vaginanya yang masih basah oleh cairan spermaku.

"Iya... masukin yang dalam sayang... veggie tante jadi punya kamu hari ini..."

Kami lalu bergumul lagi dengan ganas dan penuh nafsu. Setelah melewati beberapa macam gaya akhirnya tubuh kami kembali terkulai lemas karena orgasme. Dan lagi-lagi kami hanya beristirahat beberapa menit saja sebelum penisku kembali bersarang dalam vagina Tante Rina yang masih haus akan kenikmatan.

"Aduuuh Doni...tante nggak kuat lagiii....tusuk yang dalam sayang...aagghh.."
"Ayo tante kita barengan lagi...Doni juga mau keluaarr..."
"Aaaggh... mmhh...aagghhh..Doniiii..."

Bersamaan dengan orgasme Tante Rina, spermaku kembali tumpah-ruah ke dalam vaginanya untuk yang ketiga kali. Setelah beristirahat beberapa menit sebenarnya aku masih bernafsu melihat tubuh Tante Rina yang tergolek lemas disebelahku. Vagina Tante Rina tampak basah bersimbah cairan dan dari balik bulu-bulu lebatnya terlihat belahan vagina yang berwarna merah. Tapi kelihatannya Tante Rina kali ini sudah benar-benar kehabisan energi. Entah berapa kali dia sudah orgasme hari itu, mungkin delapan kali mungkin juga lebih.

"Ah gila kamu Doni... udah dulu ya... tante capek banget... kaki tante sudah gemeteran" katanya lembut mencoba menolak tanganku yang kembali menggerayanngi vaginanya.
"Doni masih mau tante... katanya veggie tante untuk Doni hari ini..."
"Aduh tante bener-bener nggak sanggup Don...kapan-kapan lagi ya... tante suka kok main sama kamu... tante janji kita begini lagi di Bandung nanti" katanya setengah memohon.
"Kalu gitu Doni jilatin aja ya...? Boleh tante?"

Tante Rina tidak menjawab, dia hanya diam pasrah ketika kusibakkan bulu-bulu vaginanya dan lidahku mulai menjilati semua bagian sensitif di vaginanya. Kadang lidahku menjilati seluruh bibir vaginanya, kadang kumasukkan ke dalam liang vaginanya, atau klitorisnya kujilati dan kuhisap dengan lembut. Tidak butuh waktu lama, Tante Rina mulai merespons permainanku. Pinggulnya mulai bergerak-gerak dan diapun mendesah-desah menahan nikmat dan nafasnya kembali terengah-engah. Lama kelamaan aku juga mulai tidak tahan, penisku mengeras dan rasanya seperti ingin meledak. Akhirnya aku bangkit sambil memegangi penisku,

"Boleh dimasukin tante...?"

Tante Rina tidak menjawab, tapi juga tidak menolak. Dia hanya diam pasrah sambil perlahan membuka kedua pahanya. Kulihat samar-samar belahan vaginanya yang berwarna merah membuka dan menantang penisku untuk segera masuk. Kamipun kembali melakukan persetubuhan yang penuh desahan dan erangan nikmat. Entah berapa kali Tante Rina mengalami orgasme saat itu, yang jelas setelah aku memuntahkan spermaku yang keempat kalinya kami berdua hanya bisa berpelukan diam, nyaris tak bergerak selama setengah jam sebelum bisa bangkit dari tempat tidur.

********

Kira-kira jam 3 sore kami check-out dari kamar hotel. Kamipun berpisah, Tante Rina ke hotel tempat suaminya menginap sedangkan aku melanjutkan perjalananku ke Sidoarjo. Tante Rina tidak lupa memberikan kartunama dan berpesan supaya aku kembali menghubunginya setelah pulang ke Bandung.

"Jangan lupa di Bandung telpun tante ya Don.."

Tidak butuh waktu lama, hanya 2 minggu setelah itu aku kembali menghubungi Tante Rina dan kami pun berkencan lagi di sebuah hotel dari jam 12 siang sampai jam 7 malam, nyaris tanpa jeda.